Permainan Tradisional Sunda : Antara Filosofi Dan Kegembiraan
Posted by cyberspace science | | Posted on 06.50
Pada waktu yang jauh, dulu
sekali, di sebuah tanah lapang, di sawah-sawah lepas panen, atau di depan rumah
bilik, anak-anak bermain dengan riang. Pada tahun 1980-an ketika lapangan bulu
tangkis masih banyak terdapat ditengah permukiman, anak-anak masih dapat
menikmati kebahagiaan bermain dengan kawan sejawat. Apa yang terjadi setelah
tiga dekade setelahnya, hari ini, atau puluh-puluh tahun mendatang? Tanah-tanah
lapang telah menjadi rumah atau bangunan beton, permukiman semakin padat, hanya
ada gang-gang sempit yang hanya cukup untuk dua badan. Lantas di manakah
anak-anak bermain?
Bila permainan modern menjadikan
kemenangan sebagai tujuan dan atas kemenangan itulah timbul kegembiraan, maka
permainan tradisional lebih mementingkan kegembiraan atau kebahagiaan sebagai
tujuan, dan atas kegembiraan itulah kemenangan diraih. Sekiranya itulah
filosofi permainan tradisional Sunda yang tertanam ditiap permainan dan
pemainnya. Namun sayang, filosofi yang begitu dalam tersebut akhirnya harus
tergerus zaman.
Seolah olah kembali ke masa lalu,
di Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan
Cimenyan, Kota Bandung terdapat sebuah tempat yang masih ingin membudayakan
permainan tradisional sunda bersama komunitas Hong.
Permainan Babalonan
Selembar kain sarung disimpan di
bahu. Lantas memutarkan tangan dan terhempaslah sarung itu ke udara.
Permainan Babalonan yang sederhana mampu membuat tawa mereka yang memainkan nya terhempas pula ke
udara.
Setelah itu, cobalah jenis permainan lain, yaitu
Bancakan. Sejumlah batu ditumpuk, layaknya permainan bowling, jatuhkan
tumpukan batu itu dengan bola serabut. Brak! Batu-batu pun runtuh.
Diiringi gambang bambu anak - anak yang bermain di tempat wisata kampung pakar bersama komunitas Hong
Bedil Jepret
Bedil Jepret, permainan sederhana menggunakan alat dari bambu dan menggunakan leunca sebagai peluru untuk menembak sasaran sederhana berupa gelas plastik berisi batu, suatu kegembiraan ketika bidikan mengenai tepat pada sasaran.
gangsing tradisional
rorodaan
Pembalap rorodaan permainan balapan menggunakan alat sederhana dari bambu
Dan itulah hal utama yang ingin disampaikan Komunitas Hong,
yaitu memasyarakatkan permainan tradisional agar tetap lestari, tetap menjadi
media pendidikan, dan tetap menjadi bagian dari hidup manusia, khususnya
anak-anak hari ini.
Zaman membuat manusia hari ini menatap kemenangan sebagai
kesejatian hidup dan sesuatu untuk mencapai kegembiraan atau kebahagiaan.
Akhirnya, manusia melakukan apapun untuk mendapatkan kemenangan itu. Manusia
tak sepenuhnya menyadari semakin kemenangan itu dikejar, semakin jauh
kebahagiaan itu diraih.
Manusia tak sepenuhnya menyadari bahwa pikiran
itu telah tertanam sejak kecil melalui permainan yang dimainkan. Ternyata
melalui permainan modern pikiran-pikiran lalim, hasrat, dan nafsu duniawi itu
tumbuh. Sementara, filosofi dan kesejatian hidup itu justru sebenarnya ada pada
permainan tradisional, misalnya saigel sapinandean (bekerja sama, hidup
bersama), silih asah (belajar bersama untuk kemajuan), silih asuh (saling
memelihara), silih asih (saling berbagi kasih sayang), dan hirup bagja (hidup
bahagia), basajan (sederhana), motekar (kreatif), pinteur (cerdas), cageur
(sehat fisik dan rohani).
"Kegembiraan itu membuat mereka menang. Begitulah hidup,
begitulah filosofi permainan tradisional Sunda"
Comments (0)
Posting Komentar